Jumat, 20 September 2013

Perpisahan

Diposting oleh Unknown di 02.32 0 komentar
Terkadang... sebuah Perpisahan itu adalah Kekuatan dalam Persahabatan. Karena Perpisahan dapat mengulang jutaan Memori Indah yang ada dalam Persahabatan. :'(

Memories in Japan part 2

Diposting oleh Unknown di 02.30 0 komentar
     Sepuluh menit telah berlalu, ini adalah waktuku untuk menaiki pesawat. Sebagai salam perpisahan, Aku melambaikan tangan dan memberikan senyuman manis kepada Mr. Andrean. Ia membalas lambaian tangan dan senyumanku. Kulihat, wajahnya yang masih tampak muda diusianya yang sudah berkepala tiga, terlihat ia memancarkan sinar kasih sayang yang tulus kepadaku. Aku bertambah, tak tega meninggalkannya. Meninggalkan orang-orang yang kucintai dan kota tempatku lahir.
     Sekarang, Aku telah berada di dalam pesawat. Disampingku duduk seorang wanita anggun yang memakai jaket kulit berwarna coklat muda dengan bulu-bulu halus dibagian lingkar lehernya.
     “Hmmm... Hai! Boleh kutahu namamu?” sapanya ramah. Aku menatapnya sejenak lalu menjawab sapaannya.
     “Tentu... namaku Aeldra Smith...” jawabku tanpa menanyakan nama pemilik wajah anggun nan cantik yang ada dihadapanku.
     “Nama yang bagus. Namaku, Laura Garcia. Bagaimana... kalau kita berbincang-bincang sejenak?” tawar wanita tersebut yang bernama Laura.
     “Ya, tentu...” jawabku singkat. Aku dan dia pun menceritakan berbagai pengalaman yang terjadi. Sampai pesawat tinggal landas pun, kami berdua masih terlarut di dalam perbincangan kami berdua.
     “Ohh... jadi, itu alasanmu pindah ke Jepang. Hmmm... kudoakan agar Kakakmu cepat sembuh, ya?” ujar Laura halus setelah Aku menceritakan alasanku pergi ke Jepang.
     “Terima kasih, Laura.” jawabku singkat.
     “Dulu... Aku juga mempunyai pengalaman sama sepertimu, pergi jauh dari orang-orang yang kusayang. Namun, alasanku berbeda denganmu. Alasanku, adalah karena kedua orang tuaku tidak menerima keberadaanku. Mereka sangat membenciku. Itu semua, karena mereka yang menganggap, Aku yang membunuh Adikku,” cerita Laura. Pengalamannya jauh lebih menyakitkan dari yang kualami.
      “Mem...membunuh... a...adikmu?” tanyaku gagap karena terkejut.
      “Hmmm... maksudku, kedua orang tuaku menganggapku adalah penyebab kecelakaan yang dialami oleh Adikku. Saat itu, Aku berumur dua belas tahun dan Adikku, Amelda, berumur sembilan tahun. Saat itu, Aku sedang kesal terhadapnya karena telah merusak rancangan bajuku yang akan dipajang di pameran esok hari. Aku pun membentak dan memarahinya sampai ia menangis dan keluar dari rumah. Tak lama setelah Adikku berlari keluar rumah, Aku mendengar keributan dari luar. Saat Aku melihat apa yang terjadi ternyata, Amelda telah tergeletak tak berdaya dengan darah bercucuran dari pelipis dan mulutnya. Aku merasa bersalah saat itu. Aku menyesal, Aku menyesal telah membentak dan memarahinya. Aku sangaaat menyesal saat itu. Hiks...hiks...” jelas Laura sambil terisak.
      “Baiklah, cukup cerita darimu.” ujarku sambil berusaha menenangkan Laura. Aku memberikannya air putih yang telah tersedia, ia meneguknya perlahan. Kulihat, ia sudah lebih tenang dari sebelumnya.
      “Te...terima... terima kasih, Aeldra.” ujarnya. Aku mengangguk.
      Perjalananku menuju Jepang diwarnai dengan kisah-kisahku dengan Laura yang kami ungkap bersama.

Jumat, 13 September 2013

Memories in Japan part 1

Diposting oleh Unknown di 03.10 0 komentar
Aeldra Smith, itulah namaku. Aku, adalah seorang gadis berumur 12 tahun yang selama ini hidup bahagia bersama kedua orang tuaku dan Kakak perempuanku, Alicia Smith.
     Namun, kebahagiaanku berubah sejak Kakakku mengidap penyakit Leukimia yang mematikan. Demi kesembuhan Kakakku, Ayah dan Ibu berencana untuk membawa Kakak berobat ke Australia. Menurut rencana Ayah dan Ibu, Aku akan dititipkan kepada Tante dan Pamanku yang berada di Jepang.
     Ayah, Ibu dan Kak Alicia telah berangkat kamarin menuju Australia. Hari ini, adalah hari terakhir Aku berada di kamar kesayanganku. Aku menggenggam pegangan koper biruku yang telah terisi penuh oleh barang-barangku. Mataku sudah tak kuat menahan kesedihan yang kualami. Aku sangaaat menyayangi Kakak dan Aku akan terus berdoa agar Kakak cepat sembuh. Dengan segera, Aku pergi menuju ke depan rumahku.
     Sesampainya di luar, Aku segera mengunci pintu rumah dan menggembok pagar rumahku yang bercat putih. Lalu, Aku dibantu oleh supirku Mr. Andrean memasukkan koper dan tas ransel biruku ke dalam bagasi mobil. Setelah semua barang telah masuk, Aku segera masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju Bandara.
     Perjalanan 15 menit yang kulewati bersama supirku, kuhabiskan separuhnya untuk mengenang segala kenangan indah yang telah kulewati bersama. Aku mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang selama ini kualami bersama orang-orang yang kucintai, dari yang menyenangkan dan manis untuk dikenang sampai yang pahit untuk kuingat.
     “Nona, kita telah sampai di Bandara. Nona bisa menunggu di bangku itu dulu sambil menunggu saya kembali,” ujar Mr. Andrean kepadaku sambil menunjuk bangku panjang yang ada beberapa meter dari tempat parkir.
     “Baiklah...” jawabku singkat. Aku pun segera keluar dari mobil dan menyeret koperku menuju tempat dimana bangku yang dimaksud Mr. Andrean.
     Sesampainya di tempat bangku berada, Aku segera duduk diatas bangku dan segera menyalakan iPodku untuk mendengarkan lagu.
     Tak berapa lama kemudian, Mr. Andrean datang dengan tangan kanan menenteng ransel biru kesayangku dan tangan kirinya memegang sebuah tiket.
     “Ini tiketnya Nona...” ujarnya sopan seraya memberikan selembar tiket pesawat kepadaku.
     “Terima kasih,” jawabku sambil membuat senyum tipis yang manis.
      “Sebentar lagi... pesawat akan berangkat. Mungkin... Aku akan lama tidak melihatmu lagi, Mr. Andrean...” ujarku pelan seraya menyabut earphone yang tadinya terpasang dikedua telingaku.
      “Hmmm... itu memang kemungkinan yang dapat terjadi. Namun... Aku mempunyai pesan untuk Nona, hadapilah... semua yang telah terjadi dan cobalah semua yang sebelumnya belum kau ketahui.” Jawab Mr. Andrean bijak. Aku menatapnya sejenak lalu berujar,
      “Mulai sekarang, kau tak perlu memanggilku dengan sebutan Nona. Cukup kau panggil Aku dengan sebutan, Aeldra saja...” ujarku.
      “Tapi, Nona...”
      “Aeldra...”
      “B...baiklah... kalau itu memang maumu,”
      Waktu sepuluh menit sebelum keberangkatanku ke Jepang kuisi dengan berbagi kisah dengan Mr. Andrean, satu hal yang baru ketahui sekarang, ia adalah pendengar yang baik
 

Welcome ^_^ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea