Kamis, 18 Juli 2013

Music Girl's

Diposting oleh Unknown di 03.24 0 komentar
   
Musik… musik… musik. Musik, mungkin itulah hidupku. Aku, sangat mencintai musik. Sejak kecil, Aku sangat senang mendengarkan musik. Kedua orang tuaku pun banyak memfasilitasiku dalam hal musik.
     Hari ini, sekolahku libur. Hal biasa yang sering kulakukan saat libur adalah mendownload musik-musik baru. Sekarang, Aku sudah mendownload kurang lebih 15 lagu baru yang mungkin, akan menambah wawasanku tentang dunia musik.
     “Lyra!” panggil seseorang dari arah bawah. Aku sudah bisa menebak siapa yang memanggilku, Bunda. Tanpa menjawab panggilannya, Aku segera beranjak dari kamarku menuju ke bawah, tepatnya ruang tengah.
     Satu per satu anak tangga yang membawaku tepat di ruang tengah, kulewati. Sampai pada anak tangga terakhir, Bunda tersenyum padaku dan menyuruhku duduk disampingnya.
     “Ada apa Bun?” tanyaku yang sudah duduk di samping Bunda.
     “Hmmm… Bunda ingin bicara tentang suatu hal yang mungkin penting untukmu…” ujar Bunda. Aku sedikit bingung dibuatnya. Hal yang mungkin penting untukku? Apa?
     “Apa itu Bun?” tanyaku bingung. Bunda berdeham sejenak, lalu menjawab pertanyaanku.
     “Bunda ingin bicara tentang keinginanmu membentuk grup Band. Bunda… mengizinkanmu. Tapi… ada syaratnya…” jelas Bunda. Aku agak kaget dengan ucapan Bunda. Selama ini, Bunda kurang setuju Aku membuat sebuah grup Band, karena beliau takut Aku meninggalkan shalat.
      “Syaratnya adalah, kamu harus tetap rajin shalat walau kamu sudah menjadi penyanyi dan satu lagi, kamu harus berhijab dan mendirikan grup Band Muslim. Bunda ingin, kamu membuat grup Band Muslim yang tak kalah maju dengan grup Band Pop lainnya. Buatlah Dunia Musik penuh dengan lagu-lagu Islami yang modern. Jika kamu masih bingung atau bimbang. Bunda beri kamu waktu tiga hari untuk memikirkan jawabannya,” jelas Bunda. Aku yang masih bingung ingin menjawab apa, langsung mengangguk tanda setuju atas apa ya Bunda bicarakan.
      “Baiklah Bun, Aku akan berusaha untuk mendapatkan jawaban atas persyaratan Bunda dalam waktu tiga hari. Kalau begitu, Aku izin kembali ke kamar lagi ya, Bun?” jawabku. Bunda hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu, Aku pun menuju kamar untuk merenungkan jawaban atas persyaratan Bunda. Sebenarnya, Aku setuju dengan persyaratan Bunda, karena di usiaku yang menginjak usia ke 12, Aku masih belum melaksanakan perintah sang Illahi, yaitu berhijab. Namun, Aku masih bimbang, apakah Aku bisa total menutup auratku? Apa Aku bisa memperbaiki akhlaqku? Aku masih terus berpikir, merenung akan jawaban yang akan diberikan kepada Bunda.
     Dua hari telah berlalu sejak Bunda memberi persyaratan yang membuatku sedikit bingung. Namun, sekarang, Aku sudah cukup yakin untuk dapat memenuhi persyaratan Bunda, ya… walaupun belum sepenuhnya yakin. Untuk meyakinkan diriku, Aku pun segera mengambil jilbab segi empatku yang diberikan Bunda kemarin, Bunda bilang, jika Aku sanggup memenuhi persyaratan darinya, Aku harus memakai jilbab itu saat bertemu dengannya.
      “Subhanallah…” Aku bertasbih memuji Allah Swt. Aku melihat, wajahku terbalut kain suci yang menyejukkan hati. Kain suci yang dapat meneduhkan wajah yang mengenakannya. Akhirnya, Aku pun sudah sepenuhnya yakin untuk menerima persyaratan dari Bunda.
Aku pun menunggu hari esok untuk memberitahu Bunda akan jawabanku.
      Hari yang kutunggu-tunggu telah tiba, sekarang, Aku telah duduk di samping Bunda, dengan wajah yang terbalut jilbab dan pakaian yang menutupi auratku. Bunda hanya tersenyum bangga melihatku. Kami berdua pun saling berpelukan, menangis bahagia atas hidayah yang diberikan sang Illahi.
      Hati itu juga, kami mencari 4 orang yang dirasa cocok untuk menjadi anggota dalam grup Band Muslim yang akan ku buat nanti. Sampai akhirnya, kami menemukan 4 orang yang cocok menjadi anggota grup Band Muslim. 4 orang itu adalah Fania, saudara dekatku. Hanna, sahabatku. Tyra dan Reysa, sepupuku. Sejak saat itu, kami berlima mebentuk sebuah grup Band Muslim yang kami beri nama Music Girl’s. Nama itu kami beri, karena kami sangaaat mencintai musik.
      Sekarang, nanti dan seterusnya, kami akan terjun ke Dunia Musik. Kami akan terjun ke dalam alunan musik Islami yang indah! (Music Girl’s)

Rabu, 17 Juli 2013

Serpihan Waktu

Diposting oleh Unknown di 04.36 0 komentar
  
Sudah cukup lama Aku berada di sini, sudah hampir 3 hari diriku terkurung di sini. Di sebuah tempat kecil dengan dinding berwarna putih. Aku hanya dapat melihat dinding, dinding dan dinding. Mata ini sudah terlalu lama memandangi itu semua, hanya bisa pasrah dengan keadaan yang sekarang.
     Entah apa yang terjadi padaku saat itu. Terakhir Aku berada di Dunia normal, diriku telah menemukan sebuah jam kuno yang berwarna putih bersih. Lalu, Aku mencoba memakainya, dan entah kenapa, jam itu membawaku ke dunia ini. Dunia yang tidak pernah ku kenal, sangat asing.
     Mataku menatap jam kuno putih yang terus melekat di pergelangan tanganku, tak bisa lepas. Sudah berkali-kali ku coba membuka itu, namun hasilnya nihil!
     “Rane…” panggil seseorang. Hati kecilku merasa sedikit takut dengan suara yang tiba-tiba terdengar di telingaku. Selama 3 hari ku di sini, tak pernah sedikit pun Aku mendengar suara.
     “Rane…” panggil suara itu lagi. Sekarang, hati kecilku menghendakiku untuk menjawabnya. Dengan suara yang terbata-bata, Aku memberanikan diri menjawab suara itu.
     “Siapa kamu? Mengapa kamu tahu namaku?” tanyaku, gigi-gigiku bergemeretak sehingga terdengar suara kecil yang cukup membuat bising di tempat kecil ini.
    “Rane… tak perlulah kau tahu siapa Aku. Sekarang, jika kau ingin keluar dari dunia ini, ikutilah panah penunjuk yang akan terlihat oleh matamu!” ujar suara tersebut. Aku masih ragu dengan ucapannya yang menurutku aneh.
     “Memangnya… dunia apa ini? Perlukah Aku turuti permintaanmu?” tanyaku yang masih sangat takut dengan keadaan seperti ini.
     “Ini adalah, Dunia Waktu… kau tak akan bisa keluar dari sini kecuali dengan mengikuti pengarahan dariku. Sekarang, cepat ikuti panah penunjuk yang akan terlihat olehmu! Cepat! Sekarang!” ujar suara itu lagi, sekarang suara itu terdengar lebih tegas dan kencang lagi. Aku hanya dapat mengangguk kecil dan mengikuti panah penunjuk yang memang benar-benar terlihat olehku.
     Entah, Aku sedang bermimpi atau tidak, ruangan yang tadinya sangatlah sempit sekarang terlihat memiliki banyak sekali lorong. Sampai sekarang, panah penunjuk itu belum berhenti menunjukkan arah kepadaku,  sampai akhirnya…
     “Rane… sekarang kau sudah ada di ruangan memilih. Kau harus memilih salah satu manusia yang terlibat masalah besar terhadap waktu! Waktumu memilih hanya satu menit! Cepatlah… jika kau ingin keluar dari dunia ini…” ujar suara itu lagi.
     Aku yang cukup kaget dengan suara yang tiba-tiba itu, langsung saja menuruti arahan dari suara tersebut. Seketika itu, bermunculan banyak foto orang yang tak kukenal. Otakku sempat berpikir siapa mereka, namun, karena waktuku memilih hanya satu menit, Aku segera menyentuh foto seorang remaja yang terlihat seusia denganku.
     *triiing*
     Seketika itu, foto remaja yang ku sentuh terlepas dari bingkainya dan terbang menuju suatu arah yang tak kuketahui. Hatiku memutuskan untuk mengikuti foto itu. Sampai akhirnya, foto itu mengantarku kepada sebuah pintu yang masih tertutup rapi. Foto yang masih terbang entah dengan apa itu, seakan memintaku untuk membuka pintu itu. Dengan gemetar, Aku segera membuka pintu tersebut.
      Krieeet
      Suara pintu itu terdengar sangat kencang di telingaku. Saat pintu tersebut terbuka, terpancar sinar putih yang menyilaukan mataku. Aku menutup mataku dengan tanganku dan mencoba menahan rasa sakit akibat silau.
     Selama beberapa menit cahaya bersinar, akhirnya cahaya itu mulai redup. Aku mulai membuka mataku dan melihat sesosok manusia di sana.
     “Kamu Rane?” tanya orang itu.
     “I… iya… ka… kamu siapa?” jawabku dengan rasa takut.
     “Aku… Jill! Aku terjebak oleh waktu! Aku sudah terlalu sering menyia-nyiakan waktuku. Sekarang, kamu ditugaskan untuk membantuku memperbaiki waktuku yang sia-sia,” jawab orang tersebut yang ternyata bernama Jill.
      “Ta… tapi bagaimana caranya? Aku hanya manusia biasa!” ujarku.
      “Tenanglah… kamu hanya tinggal membantuku untuk mendapatkan serpihan waktuku yang terbuang. Dan waktumu hanya tiga jam! Bantulah Aku, orang tuaku cemas denganku, selama ini… mereka mengira Aku koma dan tak sadarkan diri. Padahal… Aku terjebak di sini!” jelas Jill. Aku mulai luluh dengan perkataan Jill, Aku pun memberanikan untuk bertanya lagi.
      “Serpihan waktu? Apa itu?” tanyaku.
      “Serpihan waktu adalah sisa waktuku yang terbuang. Kamu dapat menemukan itu di kejadian-kejadian yang pernah kusia-siakan waktunya! Kamu hanya harus mengumpulkan tiga dari sekian banyak serpihan waktuku,” jelas Jill lagi. Aku mulai sedikit paham dengan maksudnya.
      “Tapi… Aku kan tidak pernah tahu kejadian apa yang pernah kamu sia-siakan waktunya?” ujarku lagi. Jill tersenyum lalu membalas ucapanku.
      “Kau akan tahu… karena ingatanku ada padamu…” jawab Jill. Entah kenapa, seketika tubuh Jill hilang dari pandanganku. Kakiku pun tergerak untuk menyusuri lorong yang berada di dalam pintu yang tadi ku buka.
     Aku berjalan lurus sampai akhirnya Aku menemukan sebuah jendela. Ku intip sedikit dari jendela tersebut, ku lihat dunia bebasku ada di sana. Ingin rasanya kakiku menginjak kembali dunia yang selama ini kutinggalkan, namun, tubuhku malah berubah menjadi seekor kupu-kupu.
     “Ayah… Ibu… sebentar lagi Aku pulang,” ujarku saatku mulai mengepakkan sayap. Di saat ku terbang tanpa arah di langit, terlihat seperti ada memori baru pada otakku. Di sana, Aku dapat melihat apa saja yang selama ini di lakukan Jill. Aku pun tersenyum tanda mengerti perkataan Jill yang terakhir. Akhirnya, Aku pun terbang ke tempat di mana Jill menyia-nyiakan waktunya.
     “Hmmm… Aku melihat Jill menyakiti hati temannya karena tidak menepati janjinya untuk berdiskusi soal tugas mereka di restoran. Mungkin… serpihan waktu miliknya ada di sana!” gumamku. Sayap indahku sekarang mengepak lebih kencang, entah kenapa, Aku tahu di mana letak restoran yang sebelumnya belum pernah kudatangi.
     Kupandangi pintu restoran didepanku yang masih tertutup rapat. Bagaimana Aku bisa masuk ke dalam ya? Batinku. Aku pun menunggu ada orang yang masuk dan membuka pintu ke dalam. Cukup lama Aku menunggu, akhirnya, ada seorang pria bertubuh tambun dan membuka pintu dengan cukup lebar, sehingga memudahkanku untuk masuk ke dalam.
     Setelah tubuh kecilku masuk ke dalam, ku lihat banyak sekali serpihan waktu yang berserakkan di sini. Aku sempat berpikir, apa para manusia tidak dapat melihatnya. Namun, pikiran itu langsung buyar mengingat waktuku yang hanya 3 jam. Dari sekian banyak serpihan waktu yang ku lihat, ada satu yang bersinar. Aku langsung yakin kalau itu adalah milik Jill, dengan segera, Aku mengambil dan memasukkannya ke dalam sebuah kantung yang entah sejak kapan ada padaku.
     Satu keping serpihan waktu telah ada padaku, kulihat, jam kuno putih yang tadinya menempel di pergelangan tanganku kini tertempel di belakang sayapku. Kulihat sepintas, waktuku hanya tinggal dua jam lima belas menit lagi.
      Segera Aku memfokuskan pikiranku agar dapat terlihat di mana lagi Jill pernah menyia-nyiakan waktunya. Hanya butuh waktu 5 menit untuk memikirkannya, namun, untuk menuju tempatnya bukan hal yang mudah. Sekalipun tempat itu berada dekat denganku. Embusan angin yang terkadang kencang dan tubuh-tubuh raksasa yang berlalu lalang terkadang menjadi penghalangku dalam menyelesaikan tugasku.
     Tempat kedua yang akan menjadi tujuanku adalah rumah sakit. Rumah sakit ini ku pilih karena letaknya tak jauh dari restoran yang menjadi tujuan pertamaku tadi. Untuk menuju rumah sakit, Aku banyak sekali mendapat goncangan, terutama dari para predator hewan liar. Fisikku sudah mulai lelah dan tidak terkendali, namun, Aku terus berusaha untuk menyelesaikan tugasku.
     Beruntung, di dalam rumah sakit tidak terlalu banyak orang sehingga dengan mudah Aku dapat menemukan serpihan waktu milik Jill. Dua serpihan telah ada padaku. Aku segera menuju tempat tujuanku yang ketiga sekaligus terakhir. Aku sudah berpikir keras untuk mengingat-ingat memori Jill, namun yang keluar hanya satu kejadian dan tempat. Hanya ada sebuah bukit kecil yang letaknya sangat jauh dipikiranku. Karena hanya ada gambaran itu di otakku, Aku pun bertekad untuk sampai ke tempat tersebut hanya dalam waktu satu setengah jam.
     Aku terbang dengan kecepatan yang tinggi dari sebelumnya menuju sebuah bukit yang ada di otakku. Aku terus terbang walau angin ganas itu mungkin akan menyobek sayapku. Tetapi Aku tak peduli, terus saja ku terjang semua itu sampai akhirnya, kabut putih yang menyelimuti sebuah bukit kecil terlihat. Aku tersenyum puas melihatnya. Di sana, Aku tidak banyak menemukan serpihan waktu, jumlahnya bisa di hitung oleh jari. Aku pun mulai mencari serpihan milik Jill. Ternyata, serpihan milik Jill cukup sulit ditemukan karena letaknya berada di sebuah batu besar tepat di samping sungai. Dengan hati-hati, Aku memasukkan serpihan waktu terakhir ke dalam kantung milikku. Setelah 3 serpihan waktu terkumpul, tubuhku terasa tersedot ke dalam pusaran angin. Entah dari mana angin itu, sampai akhirnya wujudku berubah kembali menjadi manusia dan telah berada di hadapan Jill.
     “Rane… terima kasih, kau telah membantuku untuk keluar dari dunia ini,” ujar Jill. Aku mengangguk dan tersenyum. Lalu, tubuh Jill tiba-tiba menghilang menyisakan senyuman terakhir yang tadi ku lihat. Ku pikir, ia telah tersadar dari tidur panjangnya selama ini. Sekarang, Aku kembali sendiri. Aku menunggu suara itu datang, hingga suara itu pun terdengar di telinga mungilku.
     “Rane… selamat, kau berhasil menyelesaikan tugasmu. Sekarang… kamu berhak kembali ke duniamu…” ujar suara tersebut. Lalu, Aku merasakan kepalaku terasa sangat pusing dan mataku pun tak kuat untuk menahannya. Entah apa yang terjadi, Aku pingsan.
     “Rane! Bangun Rane… nanti kau telat!” ujar sebuah suara yang membangunkanku.
     “Kak Ryn? Sejak kapan Kakak di situ?” tanyaku ketika kelopak mataku terbuka.
     “Sejak kapan? Dari tadi Rane… apa kamu tidak mendengar suara Kakak? Sudahlah… cepat mandi! Nanti kau telat berangkat ke sekolah!” jawab Kak Ryn. Aku mengucek-ngucek mataku, Apa itu mimpi? Batinku. Namun, ada suara yang selama ini kudengar di Dunia Waktu. Tidak, Rane… kau tidak bermimpi!
 

Welcome ^_^ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea