Jumat, 13 September 2013

Memories in Japan part 1

Diposting oleh Unknown di 03.10
Aeldra Smith, itulah namaku. Aku, adalah seorang gadis berumur 12 tahun yang selama ini hidup bahagia bersama kedua orang tuaku dan Kakak perempuanku, Alicia Smith.
     Namun, kebahagiaanku berubah sejak Kakakku mengidap penyakit Leukimia yang mematikan. Demi kesembuhan Kakakku, Ayah dan Ibu berencana untuk membawa Kakak berobat ke Australia. Menurut rencana Ayah dan Ibu, Aku akan dititipkan kepada Tante dan Pamanku yang berada di Jepang.
     Ayah, Ibu dan Kak Alicia telah berangkat kamarin menuju Australia. Hari ini, adalah hari terakhir Aku berada di kamar kesayanganku. Aku menggenggam pegangan koper biruku yang telah terisi penuh oleh barang-barangku. Mataku sudah tak kuat menahan kesedihan yang kualami. Aku sangaaat menyayangi Kakak dan Aku akan terus berdoa agar Kakak cepat sembuh. Dengan segera, Aku pergi menuju ke depan rumahku.
     Sesampainya di luar, Aku segera mengunci pintu rumah dan menggembok pagar rumahku yang bercat putih. Lalu, Aku dibantu oleh supirku Mr. Andrean memasukkan koper dan tas ransel biruku ke dalam bagasi mobil. Setelah semua barang telah masuk, Aku segera masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju Bandara.
     Perjalanan 15 menit yang kulewati bersama supirku, kuhabiskan separuhnya untuk mengenang segala kenangan indah yang telah kulewati bersama. Aku mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang selama ini kualami bersama orang-orang yang kucintai, dari yang menyenangkan dan manis untuk dikenang sampai yang pahit untuk kuingat.
     “Nona, kita telah sampai di Bandara. Nona bisa menunggu di bangku itu dulu sambil menunggu saya kembali,” ujar Mr. Andrean kepadaku sambil menunjuk bangku panjang yang ada beberapa meter dari tempat parkir.
     “Baiklah...” jawabku singkat. Aku pun segera keluar dari mobil dan menyeret koperku menuju tempat dimana bangku yang dimaksud Mr. Andrean.
     Sesampainya di tempat bangku berada, Aku segera duduk diatas bangku dan segera menyalakan iPodku untuk mendengarkan lagu.
     Tak berapa lama kemudian, Mr. Andrean datang dengan tangan kanan menenteng ransel biru kesayangku dan tangan kirinya memegang sebuah tiket.
     “Ini tiketnya Nona...” ujarnya sopan seraya memberikan selembar tiket pesawat kepadaku.
     “Terima kasih,” jawabku sambil membuat senyum tipis yang manis.
      “Sebentar lagi... pesawat akan berangkat. Mungkin... Aku akan lama tidak melihatmu lagi, Mr. Andrean...” ujarku pelan seraya menyabut earphone yang tadinya terpasang dikedua telingaku.
      “Hmmm... itu memang kemungkinan yang dapat terjadi. Namun... Aku mempunyai pesan untuk Nona, hadapilah... semua yang telah terjadi dan cobalah semua yang sebelumnya belum kau ketahui.” Jawab Mr. Andrean bijak. Aku menatapnya sejenak lalu berujar,
      “Mulai sekarang, kau tak perlu memanggilku dengan sebutan Nona. Cukup kau panggil Aku dengan sebutan, Aeldra saja...” ujarku.
      “Tapi, Nona...”
      “Aeldra...”
      “B...baiklah... kalau itu memang maumu,”
      Waktu sepuluh menit sebelum keberangkatanku ke Jepang kuisi dengan berbagi kisah dengan Mr. Andrean, satu hal yang baru ketahui sekarang, ia adalah pendengar yang baik

0 komentar:

Posting Komentar

 

Welcome ^_^ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea